Transformasi digital bukanlah masalah disrupsi atau teknologi. Transformasi digital adalah mengenai nilai, orang, optimasi, dan kapabilitas yang terus menerus diadaptasikan sesuai kebutuhan melalui penggunaan teknologi dan informasi secara cerdas.
Transformasi digital bukanlah masalah disrupsi atau teknologi. Transformasi digital adalah mengenai nilai, orang, optimasi, dan kapabilitas yang terus menerus diadaptasikan sesuai kebutuhan melalui penggunaan teknologi dan informasi secara cerdas.
Digital disruption ada disekeliling kita, dan banyak organisasi secara aktif melakukan transformasi digital. TI telah dipandang sebagai sesuatu yang bertumbuh secara ajeg menjadi pengeluaran modal terbesar organisasi. Penggunaan teknologi digital untuk kepentingan strategik meningkat melalui pembentukan ulang strategi bisnis (digital) secara fundamental. Sebagai akibat dari tumbuh dan meluasnya TI, pengambil keputusan di organisasi menghadapi peningkatan keputusan penting yang terkait TI pada seluruh level manajerial (misal, operasional, taktikal, dan strategik). Disiplin ilmu seperti manajemen TI (lebih berorientasi operasional) dan tata kelola TI (lebih berorientasi strategik) dikembangkan untuk mendukung organisasi menghadapi isu-isu tersebut dan memastikan kendali yang tepat atas TI saat ini dan masa depan (ISACA, 2018).
Telah diyakini bahwa pencapaian nilai bisnis TI sangat bergantung pada tata kelola TI yang baik, dan tata kelola TI yang efektif adalah satu-satunya prediktor terpenting dari nilai yang dihasilkan organisasi dari TI. Tentu saja, jika terdapat potensi manfaat dari tata kelola TI yang baik, maka terdapat pula risiko potensial terhadap ketiadaan tata kelola TI atau tata kelola TI yang tidak sesuai. Sebagai contoh, kegagalan tata kelola TI dapat memicu insiden yang berkaitan dengan pelanggaran keamanan informasi dan pemborosan pengeluaran TI. Singkatnya, organisasi perlu memiliki insentif yang jelas untuk mengusahakan tata kelola TI yang efektif, karena hal ini memungkinkan terjadinya penciptaan dan perlindungan nilai bisnis TI (De Haes et al., 2017).
Masalah-masalah yang terkait dengan memastikan kendali yang tepat atas TI untuk memungkinkan terjadinya penciptaan dan perlindungan nilai bisnis TI berada di bawah payung konsep "Tata Kelola Perusahaan atas Teknlogi dan Informasi (EGIT – Enterprise Governance of IT)". Dalam suatu master plan, model konseptual Tata Kelola Perusahaan atas TI pada umumnya didefinisikan seperti pada Gambar 1.
Definisi tersebut tidak hanya merujuk pada Tata Kelola Perusahaan atas TI sebagai kapasitas organisasi (yaitu yang diwujudkan melalui struktur, proses, dan mekanisme relasional) tetapi juga untuk hasil yang dimungkinkan. Tentu saja, hasil (outcome) dari Tata Kelola Perusahaan atas TI adalah penciptaan dan perlindungan nilai bisnis TI yang dimungkinkan melalui mekanisme mediasi dari penyelarasan bisnis/TI (De Haes et al., 2020).
Tata Kelola TI vs Manajemen TI
Tata kelola dibedakan dari manajemen. Tata kelola (governance) berfungsi untuk:
- Memastikan kebutuhan stakeholder, kondisi dan pilihan dievaluasi untuk menentukan sasaran perusahaan
- Memastikan arahan ditetapkan melalui pengaturan prioritas dan pengambilan keputusan.
- Memastikan kinerja dan kepatuhan terhadap sasaran terpantau.
Manajemen, disisi lain, merencanakan, membangun, menjalankan, dan memantau aktifitas, diselaraskan dengan arahan yang ditetapkan oleh komite tata kelola untuk meraih sasaran-sasaran perusahaan.
Arsitektur Tata Kelola dan Manajemen TI
Framework tata kelola dan manajemen TI di bangun untuk memastikan bahwa sasaran-sasaran TI telah selaras dengan sasaran bisnis dan memenuhi kebutuhan stakeholder untuk memaksimumkan value dari TI dan untuk menciptakan keseimbangan antara realisasi keuntungan, optimasi risiko, dan utilisasi sumber daya.
Sasaran Tata Kelola dan Manajemen TI
Framework tata kelola dan manajemen TI bertujuan untuk meraih sasaran-sasaran berikut:
- Memenuhi kebutuhan stakeholder serta meraih tujuan dan sasaran organsasi melalui pencapaian tujuan penyelarasan untuk memastikan:
- Tersedianya informasi yang berkualitas tinggi sebagai pilar pengambilan keputusan dalam Organisasi.
- Manajemen sumber daya dan proyek TI yang prudent dan memaksimumkan penggunaan sumber daya yang telah tersedia serta mengurangi pemborosan.
- Tersedianya infrastruktur teknologi yang unik dan mendukung serta memampukan Organisasi meraih sasarannya.
- Meningkatnya beragam operasi Organisasi melalui pemanfaatan sistem teknologi yang efisien dan handal.
- Manajemen risiko TI yang prudent untuk memastikan adanya proteksi yang dibutuhkan atas aset-aset Organisasi.
- Kepatuhan pada peraturan, undang-undang, dan regulasi internal.
- Meningkatnya pengendalian dan sistem kendali internal.
- Maksimumnya level kepuasan pengguna terhadap TI untuk memenuhi kebutuhan kerja secara efektif dan efisien.
- Dapat dipercayanya implementasi operasi, fungsi, layanan, dan produk dari manajemen layanan oleh pihak eksternal.
- Meraihkan inklusivitas dalam tata kelola dan manajemen informasi serta teknologi terkait dalam pengertian mempertimbangkan tidak hanya teknologi, namun juga dukungan terhadap 7 Komponen Pemampu yang melengkapi sistem tata kelola dan manajemen serta layanan TI.
- Mengadopsi praktek-praktek dan aturan-aturan bisnis sebagai titik awal tata kelola dan manajemen proses, proyek, dan sumber daya TI.
- Memisahkan operasi, fungsi, dan tanggung jawab Direksi dalam bidang tata kelola yang posisinya diatas batas tanggung jawab manajemen eksekutif terkait dengan informasi dan teknologi yang menyertainya.
- Memperkuat memperkuat mekanisme monitoring diri sendiri dan kontrol independen, serta untuk menguji kepatuhan dalam bidang tata kelola dan manajemen informasi yang terkait dan berkontribusi terhadap peningkatan dan pengembangan kinerja secara berkelanjutan.
Reference
- De Haes, S., Van Grembergen, W., Joshi, A. & Huygh, T., 2020. Enterprise Governance of Information Technology. Achieving Alignment and Value in Digital Organization. 3rd ed. Cham, Switzerland: Springer Nature Switzerland AG.
- ISACA, 2018. COBIT 2019 Framework: Introduction & Methodology. Illinois: ISACA.
